Brisbane, Kate Hill dan pasangannya, Peter, sudah lama menantikan kehadiran buah hati. Apalagi, di tahun 2006 Kate didiagnosis Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Setelah menjalani terapi hormon, Kate hamil bahkan dua kali dalam satu waktu.
Ya, fenomena yang dialami Kate disebut dengan superfetasi, kondisi langka di mana sampai saat ini hanya tercatat 10 kasus di seluruh dunia. Pada kasus superfetasi, bisa dikatakan seorang wanita hamil lagi ketika ia dalam kondisi hamil.
Diketahui, Kate mengandung dua bayi dalam rentang 10 hari. Menurut Kate, saat dia hamil, tubuhnya secara spontan mengeluarkan sel telur lain yang kemudian menyebabkan terjadinya pembuahan kedua.
"Yang membuat kasus saya lebih jarang adalah saya dan suami hanya berhubungan intim sekali. Yang artinya sperma suami saya tinggal selama 10 hari sehingga terjadi pembuahan setelah sel telur kedua keluar," tutur Kate kepada Today Tonight.
Di pembuahan pertama, Kate diketahui mengandung sepasang anak kembar. Ditambah terjadinya pembuahan kedua, maka ia mengandung tiga orang anak. Sayangnya, Kate dan Peter kehilangan satu bayi mereka.
Dikutip dari The Sun, dua bayi Kate dijadwalkan akan lahir pada 20 Desember dan 30 Desember 2015. Tapi ternyata, dua bayi perempuan yang diberi nama Charlotte dan Olivia itu lahir berbarengan dua hari sebelum dilakukan operasi caesar.
Momen kelahiran si kecil Charlotte dan Olivia berhasil diabadikan peraih Australian Birth Photographer of the Year 2016, Selena Rollason. Sementara, dokter kandungan Kate, dr Brad Amstrong dari Greenslopes Private Hospital, Brisbane mengatakan ia belum pernah melihat kasus superfetasi.
"Kasus ini sangat langka hingga saya sulit menemukan literatur soal kondisi ini di situs medis dan harus melakukan pencarian di Google," kata dr Amstrong.
Sebelumnya, di tahun 2009, wanita asal Arkansas bernama Julia Grovenburg mengandung bayi perempuan bernama Jillian. Namun, kemudian ditemukan bayi lain yang ukurannya lebih kecil dan disebut sebagai adik laki-laki Jillian, yang kemudian diberi nama Hudson.
Julia dan suaminya, Todd mengatakan kepada KFSM-TV bahwa pembuahan putranya Hudson terjadi 2,5 minggu setelah embrio Jillian terbentuk. Dokter kandungan Julia, Dr Michel Muylaert mengonfirmasi bahwa berdasakan pemeriksaan kromosom dan metabolik si bayi di University of Arkansas for Medical Sciences, Little Rock, Julia memang diduga kuat mengalami superfetasi.
Dilaporkan Baby Center, Dr Karen Boyle dari Greater Baltimore Medical Center, mengatakan kasus superfetasi amat jarang terjadi. Menurutnya, tidak ada prevalensi dalam literatur dan dia menemukan hanya ada 10 kasus yang dilaporkan.
Dikutip dari princeton.edu, superfetasi adalah terjadinya lebih dari satu tahap pengembangan embrio pada hewan atau manusia yang sama. Pada mamalia, kondisi itu bermanifestasi sebagai pembentukan janin dari siklus menstruasi yang berbeda saat embrio lain sudah ada dalam rahim.
Superfetasi jarang terjadi pada manusia, namun diklaim biasa terjadi pada beberapa binatang seperti tikus, kuda, domba, dan kanguru. Umumnya, risiko superfetasi yang terjadi adalah bayi kedua lahir prematur, di mana risiko terjadinya masalah perkembangan paru-paru meningkat.
dr Robert Atlas, Ketua Departemen Kebidanan dan Ginekologi di Rumah Sakit Mercy Baltimore, kepada Time menuturkan saat kehamilan normal terjadi, perubahan hormonal yang mencegah terjadinya ovulasi di waktu yang sama. Penebalan lapisan rahim yang telah terjadi juga mencegah adanya perlekatan embrio baru.
"Namun dalam beberapa kasus yang jarang, ovulasi tetap terjadi saat kehamilan berlangsung, dan telur yang sudah dibuahi mampu menanamkan diri pada lapisan rahim," katanya.
Sumber: detikhealth