Setiap tahun, 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar 5 juta menderita kelumpuhan permanen dan lebih dari lima juta meninggal, yang merupakan 10 persen dari total kematian di seluruh dunia. Di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2004, diperkirakan jumlah pasien yang sembuh dari stroke adalah 4,4 juta di kawasan Asia Tenggara dan 9,1 juta di kawasan Pasifik Barat.
Pada tahun yang sama, jumlah orang di kawasan Asia Pasifik yang terkena stroke untuk pertama kalinya mencapai 5,1 juta. Angka ini lebih tinggi daripada angka kasus baru kanker.
"Angka kejadian stroke di kawasan Asia Pasifik terus meningkat dan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat serta beban ekonomi yang signifikan," jelas Dr. Sim Kui Hian, Kepala Departemen Kardiologi dan Kepala Pusat Riset Klinis, Rumah Sakit Umum Sarawak, Malaysia, dalam siara pers acara 18th Asia Pacific Congress of Cardiology (APCC) di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, Jumat (6/5/2011).
Menurut Dr Hian, anggota Action for Stroke Prevention berkumpul untuk menyoroti risiko dari krisis stroke dan mendesak para pembuat kebijakan, pemerintah, para profesional kesehatan, kelompok pasien serta masyarakat kedokteran untuk bersatu dan mengambil aksi mencegah dampak stroke yang merugikan pasien, keluarganya serta orang-orang yang merawatnya.
Action for Stroke Prevention, suatu kelompok yang menghimpun pakar kesehatan dari seluruh dunia, mengusulkan agar diambil tindakan segera untuk mencegah stroke pada pasien dengan Atrial Fibrillation (AF) di Asia Pasifik, yaitu gangguan irama jantung yang menjadi penyebab umum dan paling utama dari stroke.
Action for Stroke Prevention merekomendasikan hal-hal berikut:
- Meningkatkan kesadaran orang akan dampak AF dan stroke terkait dengan AF
- Mengembangkan metode diagnosa dini dan memadai untuk AF serta penilaian risiko stroke
- Mengambil pendekatan baru dan lebih baik untuk mencegah stroke pada pasien dengan AF
- Memfasilitasi pertukaran praktek-praktek terbaik antara pemerintah di kawasan Asia Pasifik
- Mengembangkan strategi untuk mendukung kepatuhan terhadap pedoman
- Memberikan manajemen pengobatan yang serupa dan memadai bagi pasien dengan AF di negara-negara di kawasan Asia Pasifik
- Memajukan penelitian dalam bidang penyebab, pencegahan, dan pengelolaan AF, dan menyikapi langkanya informasi epidemiologis di Asia Pasifik
"Karena mayoritas stroke terkait AF ini dapat dicegah, kami percaya bahwa pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi ini akan berkontribusi dalam mencegah stroke pada pasien dengan AF yang pada gilirannya secara dramatis akan mengurangi beban klinis, ekonomis, dan social akibat stroke di Asia Pasifik," kata Profesor Gregory Lip, Professor of Cardiovascular Medicine, University of Birmingham Centre for Cardiovascular Sciences, City Hospital Birmingham, UK.
Orang yang pernah mengalami stroke akibat AF pada umumnya akan dirawat lebih lama di rumah sakit, akan lebih jarang bisa kembali ke rumah, dan 50 persen diantaranya akan mengalami kecacatan dibanding pasien dengan stroke yang tidak terkait dengan AF. Semakin banyak orang di Asia Pasifik yang hidup dengan AF. Di China saja, 8 juta orang menderita AF.
"Kita harus menyatukan aksi untuk memperbaiki cara melakukan diagnosa dan penanganan AF jika ingin mencegah perubahan besar yang terjadi pada hidup pasien dan orang-orang yang merawatnya akibat stroke," kata Trudie Lobban, Pendiri dan Penyantun, Arrhythmia Alliance, dan Co-founder dan CEO, Atrial Fibrillation Association.
Beban ekonomi yang ditimbulkan oleh stroke pada ekonomi nasional di Asia Pasifik sangat signifikan. Sebagai contoh, China akan kehilangan pendapatan nasional sebesar $558 milyar yang ditimbulkan olehpenyakit jantung, stroke dan diabetes.
Lebih penting lagi, dampak stroke diperkirakan akan meningkat secara dramatis karena bertambahnya jumlah orang yang terkena AF akibat membesarnya populasi usia tua dan peningkatan angka kelangsungan hidup pasien dengan faktor predisposisi AF (misalnya, serangan jantung).
Posting Komentar