BENGKULU -Data dari organisasi penyelamatan satwa "Harimau Kita" menyebutkan sepanjang 1998 hingga 2011 terdapat 600 konflik antara harimau dan manusia di mana terdapat 57 orang meninggal dunia dan 69 ekor harimau dibunuh.
"Itu baru dari jumlah yang terdata saja di luar dari data yang terpantau itu diperkirakan ada lebih banyak lagi," kata Wildlife Conservation Veterinarian and Wildlife Rescue Unit BKSDA Bengkulu, Erni Suyanti dalam diskusi mitigasi konflik satwa yang digelar Yayasan Genesis, Sabtu (20/9/2014).
Erni melanjutkan, selain mulai mengecilnya wilayah jelajah hutan untuk harimau yang diakibatkan aktivitas perambahan lahan, perkebunan dan lainnya, konflik manusia dan harimau disebabkan beberapa faktor lain.
Sebab, pada prinsipinya harimau tidak akan menyerang manusia. Namun ada tiga hal yang mengakibatkan harimau agresif menyerang manusia.
Pertama apabila harimau itu terkejut, kedua anaknya diganggu, dan terakhir makanannya diambil atau diganggu.
"Harimau selalu berusaha menghindari manusia pada prinsipnya namun ada memang beberapa harimau yang berperilaku abnormal yang berani masuk ke permukiman, biasanya ini harimau yang sakit oleh karena itu ia perlu dievakuasi bukan dibunuh," kata Erni.
Selanjutnya, bila ada ternak yang dimakan oleh harimau hal itu disebabkan oleh keberadaan ternak tersebut di wilayah jelajah harimau.
Harimau juga tak akan membunuh manusia selagi manusia yang bersangkutan tidak ada riwayat atau niat hendak membunuh harimau.
Erni berpesan, pada masyarakat jika terdapat harimau yang masuk ke kampung untuk tidak bertindak reaktif dengan cara membunuhnya tetapi melakukan koordinasi dengan BKSDA terdekat.
tribunnews.com
Posting Komentar