Jamaah Haji Plus : Kami Bayar Mahal Tapi Dijadikan Satu Seperti Ikan


Belasan jamaah haji khusus merasa ditelantarkan oleh salah satu travel penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK). Pasalnya mereka ditempatkan berjejal di suatu rumah transit di Bath Quraisy, Makkah. Mereka juga tidak mendapatkan pelayanan kesehatan walaupun sudah membayar Rp 110 juta.

Para jamaah yang berasal dari Palembang itu mengaku  menjual kebun, tanah, dan bahkan mobil dengan harapan bisa menunaikan ibadah haji dengan nyaman. Tapi kenyataannya  justru sebaliknya, para jamaah haji tersebut tidur di tempat seperti penampungan, satu kamar untuk sepuluh orang . Bahkan ada yang dua ranjang untuk tiga orang nenek.

Keenambelas orang tersebut merupakan jamaah yang diberangkatkan oleh  Rihlah Alatas Wisata Tour & Travel Umroh dan Haji. Padahal mereka sudah tiga tahun menunggu untuk melaksanakan ibadah haji plus dengan membayar Rp 110 juta. Di samping itu mereka harus membayar tiket dari Palembang ke Jakarta Rp 2 juta dan Biaya Manasik Haji Rp 2,5 juta.

Mereka mempunyai ID Card dan benar-benar terdaftar sebagai jamaah haji PIHK yang berangkat dengan biro perjalanan yang terdaftar resmi di Kementerian Agama. Karena kondisi inilah salah seorang jamaah haji dari Palembang  melaporkan nasib mereka ke  PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Daerah Kerja Makkah, Rabu Malam (8/10/2014).

Pada saat tim MCH Makkah datang ke lokasi tempat penampungan 16 jamaah haji dari Palembang yang lokasinya sekifar delapan kilometer dari Masjidil Haram, ada tiga orang jamaah haji yang sakit dan dua diantaranya laki-laki yang berusia di atas  60 tahun. Selain mereka, ada pula jamaah lain di bagian bawah bangunan. Informasi yang diperoleh Tribun, rumah tersebut merupakan rumah transit setelah masa puncak haji sebelum kembali ke tanah air.

Sejak awal keberangkatan hingga mau pulang, tak ada dokter maupun perawat sama sekali yang mendampingi mereka. ''Jangankan dokter atau perawat, obat batuk pun tidak disediakan. Bapak Ini sakit sudah sejak beberapa hari lalu, tapi tidak ada dokter yang memeriksa,'' kata salah seorang jamaah haji perempuan yang tak mau disebutkan namanya.

Usai wukuf para jamaah haji tersebut ditempatkan di suatu tempat seperti rumah penampungan . Sebanyak 16 jamaah haji tersebut tinggal di dua kamar yakni yang sepuluh orang di satu kamar dengan hanya sembilan tempat tidur dan kamar mandi hanya ada satu di luar kamar. Sedangkan enam jamaah haji lainnnya ditempatkan di satu kamar dengan ruangan yang lebih kecil.

''Waktu wukuf di Arafah dan mabit di Mina serta naik bus dari Mina ke sini, kami seperti dijadikan satu seperti ikan. Kami ini sudah membayar mahal tetapi tidak memuaskan,''kata jamaah haji perempuan lainnya menambahkan.

Mereka mengakui pada waktu di Madinah tempatnya masih lumayan, satu kamar untuk enam orang dan lokasinya dekat dengan Masjid Nabawi. Demikian pula waktu awal datang ke Makkah sempat tinggal di Hotel Green ZamZam Tower dan tempatnya  enak. Tapi hanya lima hari. Setelah itu mereka ditempatkan di lokasi yang tak nyaman sama sekali.
Padahal sudah hampir sebulan ada di Arab Saudi. Mereka berangkat dari Palembang tanggal 14 September. Waktu wukuf maupun mabit di Mina, mereka tak mendapatkan tenda layaknya jamaah haji Khusus.

''Di Arafah kami tinggal di satu tenda yang isinya lebih dari 200 orang dan di dalam tenda sangat panas. Seperti di tenda haji reguler. Demikian pula waktu di Mina satu tenda berjubel isinya. Pada saat pulang dari Mina menggunakan satu bus yang isinya untuk dua bus dan saya tidak mendapat tempat duduk melainkan berdiri terus,''ungkap dia.

Sebelum sampai di Arab Saudi, kata seorang jamaah haji laki-laki dari Palembang, dia dan kelima belas jamaah haji Palembang  tersebut ditelantarkan di Istanbul saat transit selama 12 jam. Padahal dari tanah air sudah dijanjikan di Turky  selama transit akan diajak berwisata.

''Tapi kenyataannya selama 12 jam kami ditaruh di depan WC, makannya pun selama 12 jam hanya diberi sepotong ayam dan kentang. Kami mau beli sendiri tidak siap dengan uang Turky (red. Lira) dan uang rupiah tidak laku di sana,''cerita Bapak tersebut dengan kesal.

Atas kondisi ini, mereka melaporke Kantor PPIH Daker Makkah. Mereka menuntut pertanggungjawaban perusahaan travel yang mengirim mereka.

Kabid Penyelenggara Ibadah Haji Khusus PPIH, Iwan Dartiwan, menuturkan temuan ini akan jadi dasar evaluasi. Karena ada standar PIHK yang diberikan izin operasi oleh Kemenag. Termasuk perusahaan travel yang menggabungkan diri dengan perusahaan lain yang memenuhi syarat memberangkatkan jamaah haji khusus. Yaitu minimal 45 orang.

"Ini jadi catatan penting untuk evaluasi kami," katanya. Para jamaah haji yang sempat transit di Turki dengan agenda City tour ini mestinya dapat banyak pengembalian uang. Karena di Turki juga tak ada City tour, selain minimnya fasilitas di Makkah.

"Semestinya ada refund-nya. Jadi kalau jamaah merasa dirugikan silakan mengambil langkah hukum‎," lanjutnya.

tribunnews.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © 2013. Berita Menarik - All Rights Reserved
Design by Gusti Putu Adnyana Powered by idblogsite.com