Pemeriksaan kondisi bawaan yang bisa dipakai untuk memprediksi pretasi belajar di sekolah adalah Apgar, sebuah prosedur pemeriksaan bayi yang diperkenalkan oleh Dr Virginia Apgar di Amerika Serikat tahun 1952. hasil pemeriksaan ini dinyatakan dengan skor 1-10.
Makin tinggi skor Apgar pada pemeriksaan tersebut, maka artinya berbagai sistem organ yang dimiliki bayi tersebut berfungsi dengan baik. Sementara jika skornya rendah, maka berarti ada kelaianan bawaan pada sistem organ tertentu yang mempengaruhi kesehatannya.
Menurut penelitian terbaru di Swedia, skor Apgar tidak hanya menunjukkan kondisi kesehatan bayi secara fisik. Bayi-bayi yang memiliki skor Apgar di bawah 7 cenderung mengalami masalah dengan kecerdasan, sehingga kurang berprestasi di sekolah saat beranjak remaja.
Kesimpulan ini merupakan hasil pengamatan para ahli dari Center Hospital di Helsingborg, terhadap 877.000 remaja usia sekolah yang tersebar di seluruh Swedia. Para ahli mengamati hasil ujian di sekolah, lalu mmbandingkannya dengan hasil tes Pagar yang dilakukan semasa kecil.
"Sebenarnya bukan tes Apgar yang menentukan, tetapi kondisi di balik hasil tes tersebut. Bayi dengan skor Apgar rendah punya masalah kesehatan, sehingga mempengaruhi tumbuh kembang sel otaknya," ungkap salah satu peneliti, Dr Andrea Stuart seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (22/7/2011).
Meski demikian dr Stuart mengatakan, bayi yang lahir dengan skor Apgar rendah tidak berarti akan mengalami keterbelakangan mental. Menurut hasil penelitian, hanya 1 dari 22 bayi dengan skor Apgar di bawah 7 yang membutuhkan penanganan khusus di sekolah sedangkan sisanya hanya butuh belajar lebih tekun dan serius.
Seperti yang telah disebutkan, tes Apgar diperkenalkan oleh Dr Virginia Apgar di Amerika Serikat tahun 1952. Tes yang dilakukan 1-5 menit setelah bayi dilahirkan ini meliputi pemeriksaan tekanan darah, kepadatan massa otot, warna kulit dan kemampuan refleks.
detikhealth.com
Posting Komentar